Selasa, 20 Maret 2012

Ergonomi di Manufaktur

Ergonomi adalah ilmu kerja dan semua / sebagian besar kerja berada di lingkungan industri termasuk industri manufaktur. Istilah ergonomi di industri manufaktur telah lebih dulu dan lebih banyak “dikenal” daripada di industri lainnya seperti pertambangan, konstruksi atau minyak & gas. Secara umum penerapan ergonomi di semua industri sama namun karena terdapat karakteristik setiap jenis industri yang berbeda-beda, maka penerapan ergonomi pada tiap jenis industri pun ada yang berbeda-beda dan mempunyai kekhasan sendiri termasuk dalam manufaktur.

Berikut karakteristik-karakteristik industri manufaktur dan penerapan ergonomi yang khas di industri manufaktur:
  • High level of housekeeping (tingkat pemeliharaan “rumah tangga” yang tinggi). Pada manufaktur, semua mesin, peralatan dan benda-benda lain termasuk manusia diletakan atau ditempatkan dengan baik, teratur dan sangat terorganisir. Kebersihan dan kerapian pada lingkungan kerja merupakan hal yang wajib dalam manufaktur. Hal tersebut banyak dibahas pada 5S atau 5R. Apa itu 5S atau 5R dan hubungannya dengan ergonomi? Klik disini.
  • Linked resources (sumber daya yang saling terhubung). Proses produksi pada manufaktur berbentuk sebuah alur atau aliran produksi. Jadi dari bahan mentah menjadi barang jadi semuanya diproses dalam satu alur sehingga semua sumber daya di setiap tingkatan itu sangat berhubungan dan dijaga keseimbangannya supaya produksi lancar dan disinilah peran ergonomi. Bidang ergonomi yang berkaitan dengan sumberdaya yang saling terhubung adalah aliran informasi kerja (ergonomi organisasi dan kognitif),
  • Products move (produk yang bergerak). Produk jadi, setengah jadi atau bahan mentah pada manufaktur akan terus bergerak kontinyu dalam proses produksi. Karena terus bergerak dibutuhkan suatu pengaturan aliran atau waktu kerja khusus contohnya time study (ergonomi fisik).
  • High people movement (pergerakan manusia yang tinggi). Karena produksi berbentuk aliran atau alur maka seluruh area produksi berkaitan sehingga bila terjadi suatu “kejadian” maka itu bisa disebabkan oleh sebagian atau keseluruhan dari aliran itu sehingga manusia dapat berpindah-pindah dari satu are ke area lain walaupun tidak berlaku bagi semua pekerja. Semua itu membutuhkan aliran informasi kerja yang jelas dan lagi-lagi diperlukan perancangan aliran informasi kerja yang baik (ergonomi organisasi dan kognitif).
  • Material moves in a fixed flow (bahan mentah dan juga barang setengah jadi bergerak di suatu aliran yang tetap). Pergerakan ini kontinyu dan karena itu diperlukan suatu pengaturan jumlah bahan atau barang setengah jadi yang dipelajari dalam PPIC. Dalam PPIC, informasi sangat krusial dan karena itu lagi-lagi diperlukan perancangan aliran informasi kerja yang baik (ergonomi organisasi dan kognitif).
  • More worker inspections (banyak terdapat inspeksi pekerja). Yang dimaksud inspeksi pekerja adalah melakukan hal-hal agar pekerja itu dapat meningkatkan perannya dalam meningkatkan output produksi baik dari kualitas atau kuantitas namun jika konteksnya adalah “inspeksi” maka biasanya yang dimaksud adalah kualitas output atau produk. Salah satu contoh penerapan ergonomi dalam inspeksi pekerja untuk menjaga kualitas adalah membuat standar atau instruksi kerja tertentu contohnya melakukan motion dan time study untuk tiap pekerjaan sehingga nantinya tiap tahap atau jenis pekerjaan mempunyai waktu standar yang pas agar si pekerja mampu menghasilkan output dengan kualitas baik.
  • High employee satisfaction (“kepuasan” pekerja yang tinggi). Beban pekerjaan yang berat, membosankan, dan sebagainya membuat pekerja memerlukan suatu motivasi kerja yang terus diperbarui dan di manufaktur banyak sekali terdapat event motivasi seperti ini bagi pekerja. Selain itu teknologi di industri manufaktur relatif lebih cepat berkembang dan dinamis (salah satunya terjadi karena jenis produk yang sering berubah mengikuti selera pasar) sehingga banyak proses kerja yang baru seperti mesin baru dsb dan alhasil sering diperlukan training kerja yang sesuai sehingga pada dasarnya di industri manufaktur kepuasan pekerja terpenuhi karena neednya lebih cepat terpenuhi. Training dan motivasi ini bisa optimal dengan menerapkan ergonomi organisasi.
  • More visual signals (banyak sinyal visual). Pada manufaktur banyak sekali dijumpai tahap demi tahap proses detail dan banyak sumber daya seperti bahan yang bervariasi dsb. Oleh karena itu diperlukan suatu penanda atau sinyal visual khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan. Dalam ergonomi disebut display (masuk ergonomi kognitif).
  • Easier planning (perencanaan yang relatif mudah). Perencanaan pada manufaktur relatif lebih mudah karena manufaktur mengetahui berapa permintaan, berapa kapasitas prosuksi, dan berapa suplai dengan pasti. Oleh karena itu pada manufaktur mudah dilakukan suatu analisis atau perencanaan seperti PPIC, forecasting dsb. Lagi-lagi disini aliran informasi sangat penting sehingga perlu menerapkan ergonomi kognitif dan organisasi untuk mengoptimalkan aliran informasi itu.
  • Supplier involvement (adanya keterlibatan penyuplai). Karena terdapat penyuplai dan aliran informasi dalam supply chain itu sangat penting maka ergonomi disini (kognitif dan organisasi) juga berperan dalam mengoptimalkan aliran informasi tersebut.
  • Less variation of work motion (per worker) but there is a lot of repetitive motion (jenis pekerjaan per pekerja biasanya kurang variasi gerakan karena prosedurnya sudah ditetapkan dan frekuensi pengulangan gerakan itu sangat tinggi karena alur produksi berjalan terus). Perlu diketahui bahwa masalah kesehatan kerja dalam industri manufaktur yang sangat meninjol adalah musculoskeletal disorder yang disebabkan oleh cumulative trauma. Karena itu perlu dilakukan semcamam analisis beban, postur, gerakan, dan sebagainya dan semuanya bias dianalisis menggunakan ergonomi fisik (RULA, REBA dsb).
  • The most common type of work is assembly / mixing, shaping, casting etc (proses kerja yang paling umum adalah assembly / mixing, shaping, casting dsb. Kebanyakan jenis pekerjaan tersebut menghadapi sebuah mesin untuk memproses bahan. Karena itu penerapan ergonominya harus disesuaikan dengan kebutuhan yakni tidak hanya untuk hubungan manusia dan mesin tapi hubungan manusia, mesin, dan produk. Contoh penerapan ergonomi disini adalah mendesain jig saw, poke yoke dsb sehingga manusia tidak melakukan kesalahan dan aman, mesin tidak rusak, dan kualitas produk terjaga (ergonomi fisik).
  • Most of them are located not in remote area (Mayoritas bukan di daerah terpencil). Karena lokasinya yang biasanya di kota maka kebutuhan pekerja berkaitan dengan lingkungan kehidupan di perkotaan juga harus diperhatikan (ergonomi organisasi).
  • The quality of the product represents the quality of the work and process (kualitas produk merepresentasikan baik buruknya proses produksi). Pada manufaktur, kualitas menjadi hal yang penting dan yang membuat kualitas itu adalah si manusia yang bekerja. Peran ergonomi disini adalah meracang kerja agar manusia dapat menhasilkan output yang sesuai standar kualitas. Keseluruhan ergonomic bias dipakai.
  • More recognizing automated work (sudah mulai banyak mengenal proses kerja yang otomatis / otomasi proses produksi). Karena sudah ada proses otomasi maka peran manusia mulai bergeser. Hubungan ‘langsung’ manusia mesin mungkin akan berkurang dan akan berubah menjadi hubungan ‘tidak langsung’. Disini diperlukan ergonomic kognitif dan organisasi.
  • Almost all are indoor work (kerja lapangannya berupa kerja indoor). Karena kerja dilakukan di indoor maka penyesuaian lingkungan terutama udara, pencahayaan, suhu, kelembaban, warna, dan kebisingan harus diperhatikan dan disesuaikan dengan karakteristik lingkungan indoor. Hal tersebut dilakukan melalui penerapan ergonomi lingkungan.
Selain hal-hal di atas secara umum karakteristik industri manufaktur dan penerapan ergonomi di industri manufaktur sama dengan jenis-jenis industri lainnya.

Untuk lebih jelas memahami perbedaan karakteristik industri manufaktur dan jenis industri lainnya silahkan lihat gambar/tabel di bawah ini:


Ket: Industri manufaktur yang dimaksud adalah manufaktur yang melibatkan flow proses pasti. Jadi manufaktur seperti manufaktur kereta api, pesawat, kapal, dsb tidak termasuk.

http://ergonomi-fit.blogspot.com/2011/06/ergonomi-di-manufaktur.html

ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari manusia dalam bekerja. Ergonomi adalah tentang fitrahnya manusia bekerja. Ergonomi mempunyai prinsip fit the job to the man / the worker, not ther other way around. Ergonomi mengenali kemampuan dan ketidakmampuan manusia dalam bekerja, sehingga dapat dirancang sistem kerja yang sesuai dengan manusia atau pekerjanya. Oleh karena itu prinsip-prinsip ergonomi banyak diterapkan dalam perancangan sistem kerja. Ada dua pendekatan pada perancangan sistem kerja yakni all of equal importance dan human centered design: 

All of Equal Importance (AEI)
Merupakan pendekatan yang banyak/umum dipakai. Pendekatan AEI yang murni adalah manusia dan pekerjaan sama-sama “diubah-ubah” sampai suatu kondisi dimana keduanya “sesuai” atau “fit”. Pendekatan ini sangat bertentangan dengan ergonomi karena disini manusia harus “diubah-ubah” bahkan sampai keluar dari batasnya. Hal tersebut bisa lebih parah karena pada prakteknya ternyata pendekatan AEI yang dipakai adalah hanya manusianya yang “diubah-ubah” agar sesuai dengan pekerjaan. 


Human Centered Design (HCD)
Merupakan ergonomi design atau yang sesuai dengan prinsip ergonomi yakni pekerjaan lah yang harus “diubah-ubah” atau didesain atau redesain agar “sesuai” atau “fit” dengan manusia atau pekerjanya. Disini manusia juga bisa melakukan “penyesuaian” atau “disesuaikan” namun hanya seperlunya dan tidak sampai melampaui batas. 


Jadi perancangan sistem kerja yang tepat dan ergonomis adalah merancang secara keseluruhan yang berarti merancang unsur-unsur manusia, alat, bahan lingkungan dsb sebagai suatu kesatuan sistem kerja tentunya dengan pendekatan human centered design (HCD). Sasaran perancangan ini adalah mendapatkan rancangan sistem kerja yang cocok (fit) bagi pekerja secara fisik maupun psiko-sosiologik. Seperti yang telah disebutkan, perancangan ini melibatkan semua unsur dalam sistem kerja meliputi peopleware, hardware, software, technoware, enviroware, organiware, dan policyware yang semuanya harus terancang dengan baik yakni terancang secara ergonomis. Sasaran perancanagn sistem kerja secara ergonomis adalah menghasilkan kerja yang Efektif, Aman, Sehat, Nyaman, dan Efisien disingkat menjadi EASNE atau ada juga yang menyebutnya ENASE. Perancangan yang tidak ergonomis berpotensi menumbuhkan dampak-dampak fisik dan psikososial yang buruk. Sedangkan perancangan yang ergonomis akan menjamin dan meningkatkan safety, heath, productivity, dan quality kerja dan hasil kerja. Dan agar hasilnya lebih optimal maka penerapan ergonomi pada sistem kerja ini harus bersinambung / continuous improvement / kaizen.

PERAN PSK&E DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS AKTIVITAS PERBENGKELAN:

Sebelum berbicara mengenai kontribusi yang dapat diberikan oleh PSK&E dalam peningkatan produktivitas pekerjaan perbengkelan, ijinkanlah penulis memaparkan sedikit mengenai “definisi” dari beberapa hal, menurut pengertian yang ada di dalam benak penulis:
Sistem Kerja: Sistem kerja didefinisikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari manusia, mesin, peralatan, bahan, metoda dan lingkungan kerja yang berdiri sebagai satu kesatuan yang mempunyai tujuan dan fungsi tertentu.
Perancangan Sistem Kerja. Perancangan Sistem Kerja (PSK) merupakan upaya-upaya untuk merancang dan memperbaiki sistem kerja dengan memperhatikan elemen-elemen sistem kerja tadi secara integral, sedemikian rupa sehingga kinerja dari sistem kerja tersebut meningkat secara holistik. Dalam aplikasinya PSK pun banyak memanfaatkan keilmuan ergonomi.
Ergonomi. Ergonomi merupakan suatu keilmuan yang memanfaatkan pengetahuan tentang sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia dalam hubungannya dengan sistem kerja, dan memanfaatkan pengetahuan tadi untuk melakukan pengaturan-pengaturan agar didapatkan kinerja sistem yang optimal. Secara sederhana, ergonomi dapat pula dikatakan sebagai “… ilmu yang mempelajari tentang interaksi manusia dengan elemen-elemen lain dalam sistem kerjanya dan memanfaatkan pengetahuan ini untuk mendapatkan suatu sistem kerja yang efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien…”. Secara umum dapat dikatakan bahwa bila ada sistem yang mempunyai unsur manusia di dalamnya, maka di situ ergonomi dapat berperan pada sistem tersebut. Dari sini dapat dilihat, bahwa karena terdapat banyak sekali “sistem yang bermanusia”, maka bidang penerapan ergonomi ini pun luas sekali, dari sistem yang sangat sederhana sampai ke sistem yang kompleks. Dalam hal ini ergonomi dapat memberikan kontribusi yang besar dalam perancangan sistem sistem tersebut, khususnya dalam hal hubungannya dengan unsur “manusia” yang ada dalam sistem kerja, agar sistem tersebut sesuai dengan unsur manusia yang ada di dalamnya sehingga dengan demikian dapat diharapkan bahwa efektivitas, efisiensi dan produktivitas sistem dapat dicapai dengan lebih baik. Dalam perbaikan sistem kerja, dengan pandangan bahwa kinerja sistem yang terbaik hanya dapat tercapai bila terdapat kesesuaian antara manusia dan pekerjaannya, ergonomi menggunakan pendekatan HCD (Human Centered Design). Dalam pendekatan ini, faktor manusia diletakkan sebagai fokus atau pusat rancangan, dalam arti bahwa bila terjadi kekurangsesuaian antara manusia dan pekerjaannya (~ elemen-elemen dalam sistem kerja selain unsur manusia) maka diupayakan pengaturan-pengaturan pada pekerjaan/sistem kerja tersebut agar sesuai dengan manusia yang berada pada sistem kerja tersebut. Sebenarnya barangkali ideal kalau pekerjaan bisa disesuaikan secara total sehingga sesuai dengan kebutuhan manusianya, tetapi sering terjadi adanya keterbatasan-keterbatasan teknis dan atau ekonomis yang membatasi dilakukannya penyesuaian-penyesuaian ini sehingga upaya penyesuaian pekerjaan terhadap unsur manusianya ini hanya dapat dilakukan sebagian. Tentu saja, manusia pun bukan merupakan sesuatu yang rigid, dia mempunyai kemampuan adaptasi untuk berhadapan dengan sistem kerjanya, tetapi dalam pendekatan HCD yang murni, kita terlebih dahulu merancang sistem kerja yang disesuaikan dengan manusia yang ada di dalamnya semaksimal mungkin sampai batas-batas yang memungkinkan, dan setelah itu barulah unsur manusianya yang harus beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan pekerjaannya tersebut.
Dengan PSK&E misalnya kita “mempermasalahkan” (dan kemudian memperbaiki) metoda kerja yang dipergunakan, alat apa yang sebaiknya digunakan untuk mengerjakan sesuatu, ukuran alat (sesuaikah dengan ukuran dimensional orang yang mempergunakannya), bentuknya (dan apakah pemakainya kidal atau tidak), peletakannya dalam stasiun kerja, dan sebagainya. Semuanya itu bertujuan untuk menyederhanakan dan mempermudah serta memperingan pekerjaan sehingga operator dapat melakukan pekerjaan itu dengan lebih mudah, lebih cepat, lebih berkonsentrasi, tidak cepat lelah, serta dengan mutu pekerjaan yang lebih baik dan prosentase kesalahan yang lebih kecil.
Dalam hal pengaturan tata letak pada stasiun kerja, kita mempermasalahkan dimensi-dimensi kursi dan meja kerja, letak tombol, tuas dan panel pada mesin, peletakan komponen-komponen dan benda kerja, peletakan peralatan-peralatan kerja, letak dan arah datangnya pencahayaan, tempat (dan bentuk) benda kerja sebelum dan setelah diproses pada stasiun kerja, dengan memanfaatkan pengetahuan mengenai studi gerakan, ekonomi gerakan, antropometri, biomekanika, fisiologi kerja, dan sebagainya.
Dalam hal “good house keeping”, kita memanfaatkan pengetahuan-pengetahuan mengenai “metode warna”, 5S, antropometri, penginderaan, display dan sebagainya.
Dalam hal perancangan lingkungan kerja, kita memanfaatkan pengetahuan mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia dalam berhadapan dengan lingkungan kerja yang berupa temperatur, kebisingan, getaran, dan kemudian dengan memperhatikan kendala-kendala yang ada (dan urutan prioritasnya mengenai signifikan tidaknya suatu hasil perbaikan dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan), serta berupaya membuat lingkungan kerja seideal mungkin. Dengan pengkondisian ini diharapkan dapat memperbaiki kualitas kerja (yang akan berakibat pada kualitas dan konsistensi kualitas produk yang dihasilkan) serta meningkatkan kecepatan kerja, tanpa menambah beban bagi para pekerjanya (bahkan sebaliknya, dengan kondisi lingkungan kerja yang lebih baik ini, para pekerja akan merasa lebih nyaman).
Dalam hal desain produk, PSK&E dapat berperan dalam perancangan produk jadi/produk akhir serta produk antara (produk dalam proses). Pada perancangan produk jadi kita dapat memanfaatkan pengetahuan tentang antropometri agar dimensi produk yang kita buat sesuai dengan (dan dapat digunakan dengan enak oleh) para pemakai produk kita (~ segmen konsumen yang dituju); dan dalam hal produk akhir yang berupa alat-alat permesinan, selain mengacu pada masalah antropometri, perancangan dilakukan dengan memperhatikan pula masalah maintainability (kemampurawatan) dalam perancangan kita. Sedangkan dalam hal perancangan produk-antara, PSK&E dapat berperan dengan memanfaatkan prinsip-prinsip poka yoke, dengan upaya pengurangan dan penyederhanaan proses (baik proses forming maupun proses assembling), eliminasi bagian-bagian yang tajam (yang biasanya akan melambatkan kerja yang dilakukan oleh operator karena ia akan harus lebih berhati-hati agar tidak terluka), dan lain sebagainya.
Dari contoh-contoh dalam paparan di atas terlihat bahwa PSK&E dapat memberikan kontribusi yang penting dalam peningkatan produktivitas, pengurangan pemborosan-pemborosan dan penanggulangan masalah-masalah K3, yang pada dasarnya juga merupakan unsur-unsur penting dalam rangka meningkatkan produktivitas.

http://kusmani.wordpress.com/2010/05/10/perancangan-sistem-kerja-dan-ergonomi-dalam-pekerjaan-perbengkelan/

Perencanaan dan Pengendalian Produksi

1.1 Defenisi Perencanaan dan Pengendalian Produksi

Pengertian mengenai Production Planning and control (PPC) akan dikemukakan berdasarkan konsep sistem. Produksi adalah suatu proses pengubahan bahan baku menjadi barang jadi. Sistem produksi adalah sekumpulan aktivitas untuk pembuatan suatu produk, dimana dalam pembuatan ini melibatkan tenaga kerja, bahan baku, mesin, energi, informasi, modal dan tindakan manajemen. Dalam Praktik, aktivitas dalam system produksi ini dapat dikelompokan ke dalam dua kategori yaitu “Proses Produksi” dan “ Perencanaan Planning and Control/PPC”

Proses produksi adalah aktivitas bagaimana membuat produk jadi dari bahan baku yang melibatkan mesin, energi, pengetahuan teknis, dan lain-lain. Proses produksi merupakan tindakan nyata dan dapat dilihat. Proses produksi ini terdiri atas beberapa subproses produksi misalnya proses pengolahan bahan baku menjadi komponen, proses perakitan komponen menjadi sub-assembly dan proses perakitan sub-assembly menjadi produk jadi.

Perencanaan dan pengendalian prosduksi (PPC)adalah aktivitas bagaimana mengelola proses produksi tersebut. PPC merupakan tindakan manajemen yang sifatnya abstrak (tidak dapat dilihat secara nyata). System computer barangkali merupakan analogi yang tepat untuk system produksi. Proses produksi adalah perangkat kerasnya (hardware) dan PPC adalah perangkat lunaknya (software).

Bila PPC juga disebut system produksi maka pengertian system produksi berarti ada dua, yaitu :

1. Suatu system untuk membuat produk ( mengubah bahan baku menjadi barang) yangmelibatkan fungsi manajemen (yang bersifat abstrak) untuk merencanakan dan mengendalikan proses pembuatan tersebut.

2. Suatu teknik untuk merencanakan dan mengendalikan produksi (bersifat abstrak) dan tidak membahas preose pembuatan produk.


1.2 Peta Rakitan (Assembly Chart)

Peta Rakitan adalah gambaran grafis dari urutan-urutan aliran komponen dan rakitan-bagian (sub assembly) ke rakitan suatu produk. Akan terlihat bahwa peta rakitan menunjukkan cara yang mudah untuk memahami :

1. Komponen-komponen yang membentuk produk

2. Bagaimana komponen-komponen ini bergabung bersama

3. Komponen yang menjadi bagian suatu rakitan-bagian

4. Aliran komponen ke dalam sebuah rakitan

5. Keterkaitan antara komponen dengan rakitan-bagian

6. Gambaran menyeluruh dari proses rakitan

7. Urutan waktu komponen bergabung bersama

8. Suatu gambaran awal dari pola aliran bahan


Membentuk Suatu Peta Rakitan yaitu

1. Dengan menggunakan senarai komponen dan dokumen barang atau yang sejenis dan lintasan produksi bagi perakitan, tentukan operasi terakhir dalam produksi atau dalam rakitan suatu produk. Gambarkan operasi terakhir ini dengan lingkaran berdiameter 12 mm pada sudut kanan bawah selembar kertas dan tuliskan operasi tersebut dengan jelas disebelah kanan lingkaran tadi.

2. Gambarkan garis mendatar dari lingkaran ke arah kiri, tempatkan lingkaran berdiameter 6 mm pada ujungnya, dan tunjukan setiap komponen (nama, nomor komponen, jumlah,dsb). Yang dirakit pada operasi tersebut. Komponen sebaiknya disusun menurut urutan pemasangannya, komponen terakhir dipasang dibawah.

3. Jika yang dihadapi adalah rakitan bagian (bukan Komponen), buat garis tadi sebagian dan akhiri dengan lingkaran berdiameter 9 mm untuk menggambarkan operasi rakitan bagian tadi. Kemudian lanjutkan ke kiri rakitan bagian tersebut, diuraikan kedalam komponen-komponennya. Setelah penggambaran peta rakitan selesai, rakitan dapat diberi nomor. Garis yang menunjukan komponen mandiri harus ditarik ke sebelah kiri dan diakhiri dengan lingkaran berdiameter 6 mm yang nomor komponennya dapat dimasukan.

4. Jika operasi rakitan terakhir dan komponen-komponenya selesai dicatat, gambarkan garis tegak pendek dari lingkaran 8 mm ke atas, masuki lingkaran 12 mm yang menunjukan operasi rakitan sebelum operasi rakitan yang telah digambarkan pada langkah 2 dan 3. Ulangi langkah 2 dan 3.

5. Teruskan sampai seluruh produk selesai diuraikan dan semua komponen telah dicatat di sebelah kiri, dari bawah ke atas.

6. Periksa kembali peta initerhadap dokumen barang untuk meyakinkan bahwa seluruh komponen telah tercantum. Masukan nomor operasi rakitan dan rakitan bagian ke dalam lingkaran, jika diperlukan. Setelah selesai, bahan (komponen) yang terdaftar pada sebelah kiri diberi nomor urut dari atas ke bawah.



Lingkaran yang menunjukan rakitan atau rakitan bagian tidak selaluh harus menunjukan lintasan station kerja atau lintasan rakitan. Atau bahkan lintasan orang, tetapi benar-benar hanya menunjukan urutan operasi yang harus dikerjakan. Waktu yang dikerjakan. Waktu yang diperlukan oleh tiap operasi akan menentukan apa yang harus dikerjakan oleh tiap operator.

Tujuan utama dari peta rakitan adalah untuk menunjukkan keterkaitan antara komponen, yang dapat juga digambarkan oleh sebuah ‘gambar-terurai’. Teknik-teknik ini dapat juga digunakan untuk mengajar pekerja yang tidak ahli untuk mengetahui urutan suatu rakitan yang rumit.


1.3 Struktur Produk

Struktur Produk merupakan sesuatu yang mutlak harus ada untuk dapat diterapkan system MRP. Struktur produk yang rumit dan banyak levelnya akan membuat perhitungan semakin kompleks terutama dalam proses explosion. Proses explosion merupakan suatu prosedur untuk menghitung jumlah kebutuhan kotor dalam tingkat yang lebih bawh setelah dilakukan proses offsetting pada item produknya.

Struktur produk dengan jumlah level yang besar akan membuat proses MRP (proses netting, lotting, offsetting, dan explosion) yang berulang-ulang dilakukan satu per satudari atas kebawah level demi level dan periode demi periode. Pada proses lotting, penentuan ukuran lot pada level yang lebih bawah membutuhkan teknik-teknik yang sangat sulit (multi level lot size technique). Sehingga dengan semakin kompleksnya struktur produk akan membuat perhitungan proses MPR semakin rumit.

Bila struktur produk tidak berubah-ubah, kesulitan ini hanya terjadi sekali saja, yaitu di awal pembuatan system MRP (jika dengan program computer). Jika struktur produk berubah, maka sistem yang telah dibuat harus dimodifikasi.


1.4 Bill Of Material

BOM (Bill Of Material), adalah sebuah daftar jumlah komponen, campuran bahan, dan bahan baku yang diperlukan untuk membuat suatu produk. Fungsinya Secara spesifik struktur Bill of Material tidak saja berisi komposisi komponen, tetapi juga memuat langkah penyelesaian produk jadi. Bill of Material sebagai suatu network atau jaringan yang menggambarkan hubungan Induk (parent product) hingga ke komponen

Bill Of Material tidak hanya menspesifikasikan produksi, tapi juga berguna untuk pembebanan biaya, dan dapat dipakai sebagai daftar bahan yang harus dikeluarkan untuk karyawan produksi atau perakitan. Bill Of Material digunakan dengan cara ini, biasanya dinamakan daftar pilih. Adapun jenis BOM adalah:

- Modular Bills yaitu bill o f material yang dapat diatur di seputar modul produk, modul merupakan komponen yang dapat diproduksi dan dirakit menjadi satu unit produk.

- Planning Bills dan Phanton Bills. Bill untuk perencanaan diciptakan agar dapat menugaskan induk buatan kepada bill of materialnya. Sedangkan Phantom Bill adalah bill of material untuk komponen, biasanaya sub-sub perakitan yang hanya ada untuk sementara waktu.

- Low-level coding atas suatu bahan dalam bill of material diperlukan apabila ada produk yang serupa supaya dapat membedakannya diberikan kode.

http://industrial-engineering07.blogspot.com/2009/05/perencanaan-dan-pengendalian-produksi.html