Ergonomi
adalah ilmu yang mempelajari manusia dalam bekerja. Ergonomi adalah
tentang fitrahnya manusia bekerja. Ergonomi mempunyai prinsip fit the
job to the man / the worker, not ther other way around. Ergonomi
mengenali kemampuan dan ketidakmampuan manusia dalam bekerja, sehingga
dapat dirancang sistem kerja yang sesuai dengan manusia atau pekerjanya.
Oleh karena itu prinsip-prinsip ergonomi banyak diterapkan dalam
perancangan sistem kerja. Ada dua pendekatan pada perancangan sistem
kerja yakni all of equal importance dan human centered design:
All of Equal Importance (AEI)
Merupakan pendekatan yang banyak/umum dipakai. Pendekatan AEI yang murni adalah manusia dan pekerjaan sama-sama “diubah-ubah” sampai suatu kondisi dimana keduanya “sesuai” atau “fit”. Pendekatan ini sangat bertentangan dengan ergonomi karena disini manusia harus “diubah-ubah” bahkan sampai keluar dari batasnya. Hal tersebut bisa lebih parah karena pada prakteknya ternyata pendekatan AEI yang dipakai adalah hanya manusianya yang “diubah-ubah” agar sesuai dengan pekerjaan.
Human Centered Design (HCD)
Merupakan ergonomi design atau yang sesuai dengan prinsip ergonomi yakni pekerjaan lah yang harus “diubah-ubah” atau didesain atau redesain agar “sesuai” atau “fit” dengan manusia atau pekerjanya. Disini manusia juga bisa melakukan “penyesuaian” atau “disesuaikan” namun hanya seperlunya dan tidak sampai melampaui batas.
Jadi perancangan sistem kerja yang tepat dan ergonomis adalah merancang secara keseluruhan yang berarti merancang unsur-unsur manusia, alat, bahan lingkungan dsb sebagai suatu kesatuan sistem kerja tentunya dengan pendekatan human centered design (HCD). Sasaran perancangan ini adalah mendapatkan rancangan sistem kerja yang cocok (fit) bagi pekerja secara fisik maupun psiko-sosiologik. Seperti yang telah disebutkan, perancangan ini melibatkan semua unsur dalam sistem kerja meliputi peopleware, hardware, software, technoware, enviroware, organiware, dan policyware yang semuanya harus terancang dengan baik yakni terancang secara ergonomis. Sasaran perancanagn sistem kerja secara ergonomis adalah menghasilkan kerja yang Efektif, Aman, Sehat, Nyaman, dan Efisien disingkat menjadi EASNE atau ada juga yang menyebutnya ENASE. Perancangan yang tidak ergonomis berpotensi menumbuhkan dampak-dampak fisik dan psikososial yang buruk. Sedangkan perancangan yang ergonomis akan menjamin dan meningkatkan safety, heath, productivity, dan quality kerja dan hasil kerja. Dan agar hasilnya lebih optimal maka penerapan ergonomi pada sistem kerja ini harus bersinambung / continuous improvement / kaizen.
All of Equal Importance (AEI)
Merupakan pendekatan yang banyak/umum dipakai. Pendekatan AEI yang murni adalah manusia dan pekerjaan sama-sama “diubah-ubah” sampai suatu kondisi dimana keduanya “sesuai” atau “fit”. Pendekatan ini sangat bertentangan dengan ergonomi karena disini manusia harus “diubah-ubah” bahkan sampai keluar dari batasnya. Hal tersebut bisa lebih parah karena pada prakteknya ternyata pendekatan AEI yang dipakai adalah hanya manusianya yang “diubah-ubah” agar sesuai dengan pekerjaan.
Merupakan ergonomi design atau yang sesuai dengan prinsip ergonomi yakni pekerjaan lah yang harus “diubah-ubah” atau didesain atau redesain agar “sesuai” atau “fit” dengan manusia atau pekerjanya. Disini manusia juga bisa melakukan “penyesuaian” atau “disesuaikan” namun hanya seperlunya dan tidak sampai melampaui batas.
Jadi perancangan sistem kerja yang tepat dan ergonomis adalah merancang secara keseluruhan yang berarti merancang unsur-unsur manusia, alat, bahan lingkungan dsb sebagai suatu kesatuan sistem kerja tentunya dengan pendekatan human centered design (HCD). Sasaran perancangan ini adalah mendapatkan rancangan sistem kerja yang cocok (fit) bagi pekerja secara fisik maupun psiko-sosiologik. Seperti yang telah disebutkan, perancangan ini melibatkan semua unsur dalam sistem kerja meliputi peopleware, hardware, software, technoware, enviroware, organiware, dan policyware yang semuanya harus terancang dengan baik yakni terancang secara ergonomis. Sasaran perancanagn sistem kerja secara ergonomis adalah menghasilkan kerja yang Efektif, Aman, Sehat, Nyaman, dan Efisien disingkat menjadi EASNE atau ada juga yang menyebutnya ENASE. Perancangan yang tidak ergonomis berpotensi menumbuhkan dampak-dampak fisik dan psikososial yang buruk. Sedangkan perancangan yang ergonomis akan menjamin dan meningkatkan safety, heath, productivity, dan quality kerja dan hasil kerja. Dan agar hasilnya lebih optimal maka penerapan ergonomi pada sistem kerja ini harus bersinambung / continuous improvement / kaizen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar