Selasa, 20 Maret 2012

PERAN PSK&E DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS AKTIVITAS PERBENGKELAN:

Sebelum berbicara mengenai kontribusi yang dapat diberikan oleh PSK&E dalam peningkatan produktivitas pekerjaan perbengkelan, ijinkanlah penulis memaparkan sedikit mengenai “definisi” dari beberapa hal, menurut pengertian yang ada di dalam benak penulis:
Sistem Kerja: Sistem kerja didefinisikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari manusia, mesin, peralatan, bahan, metoda dan lingkungan kerja yang berdiri sebagai satu kesatuan yang mempunyai tujuan dan fungsi tertentu.
Perancangan Sistem Kerja. Perancangan Sistem Kerja (PSK) merupakan upaya-upaya untuk merancang dan memperbaiki sistem kerja dengan memperhatikan elemen-elemen sistem kerja tadi secara integral, sedemikian rupa sehingga kinerja dari sistem kerja tersebut meningkat secara holistik. Dalam aplikasinya PSK pun banyak memanfaatkan keilmuan ergonomi.
Ergonomi. Ergonomi merupakan suatu keilmuan yang memanfaatkan pengetahuan tentang sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia dalam hubungannya dengan sistem kerja, dan memanfaatkan pengetahuan tadi untuk melakukan pengaturan-pengaturan agar didapatkan kinerja sistem yang optimal. Secara sederhana, ergonomi dapat pula dikatakan sebagai “… ilmu yang mempelajari tentang interaksi manusia dengan elemen-elemen lain dalam sistem kerjanya dan memanfaatkan pengetahuan ini untuk mendapatkan suatu sistem kerja yang efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien…”. Secara umum dapat dikatakan bahwa bila ada sistem yang mempunyai unsur manusia di dalamnya, maka di situ ergonomi dapat berperan pada sistem tersebut. Dari sini dapat dilihat, bahwa karena terdapat banyak sekali “sistem yang bermanusia”, maka bidang penerapan ergonomi ini pun luas sekali, dari sistem yang sangat sederhana sampai ke sistem yang kompleks. Dalam hal ini ergonomi dapat memberikan kontribusi yang besar dalam perancangan sistem sistem tersebut, khususnya dalam hal hubungannya dengan unsur “manusia” yang ada dalam sistem kerja, agar sistem tersebut sesuai dengan unsur manusia yang ada di dalamnya sehingga dengan demikian dapat diharapkan bahwa efektivitas, efisiensi dan produktivitas sistem dapat dicapai dengan lebih baik. Dalam perbaikan sistem kerja, dengan pandangan bahwa kinerja sistem yang terbaik hanya dapat tercapai bila terdapat kesesuaian antara manusia dan pekerjaannya, ergonomi menggunakan pendekatan HCD (Human Centered Design). Dalam pendekatan ini, faktor manusia diletakkan sebagai fokus atau pusat rancangan, dalam arti bahwa bila terjadi kekurangsesuaian antara manusia dan pekerjaannya (~ elemen-elemen dalam sistem kerja selain unsur manusia) maka diupayakan pengaturan-pengaturan pada pekerjaan/sistem kerja tersebut agar sesuai dengan manusia yang berada pada sistem kerja tersebut. Sebenarnya barangkali ideal kalau pekerjaan bisa disesuaikan secara total sehingga sesuai dengan kebutuhan manusianya, tetapi sering terjadi adanya keterbatasan-keterbatasan teknis dan atau ekonomis yang membatasi dilakukannya penyesuaian-penyesuaian ini sehingga upaya penyesuaian pekerjaan terhadap unsur manusianya ini hanya dapat dilakukan sebagian. Tentu saja, manusia pun bukan merupakan sesuatu yang rigid, dia mempunyai kemampuan adaptasi untuk berhadapan dengan sistem kerjanya, tetapi dalam pendekatan HCD yang murni, kita terlebih dahulu merancang sistem kerja yang disesuaikan dengan manusia yang ada di dalamnya semaksimal mungkin sampai batas-batas yang memungkinkan, dan setelah itu barulah unsur manusianya yang harus beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan pekerjaannya tersebut.
Dengan PSK&E misalnya kita “mempermasalahkan” (dan kemudian memperbaiki) metoda kerja yang dipergunakan, alat apa yang sebaiknya digunakan untuk mengerjakan sesuatu, ukuran alat (sesuaikah dengan ukuran dimensional orang yang mempergunakannya), bentuknya (dan apakah pemakainya kidal atau tidak), peletakannya dalam stasiun kerja, dan sebagainya. Semuanya itu bertujuan untuk menyederhanakan dan mempermudah serta memperingan pekerjaan sehingga operator dapat melakukan pekerjaan itu dengan lebih mudah, lebih cepat, lebih berkonsentrasi, tidak cepat lelah, serta dengan mutu pekerjaan yang lebih baik dan prosentase kesalahan yang lebih kecil.
Dalam hal pengaturan tata letak pada stasiun kerja, kita mempermasalahkan dimensi-dimensi kursi dan meja kerja, letak tombol, tuas dan panel pada mesin, peletakan komponen-komponen dan benda kerja, peletakan peralatan-peralatan kerja, letak dan arah datangnya pencahayaan, tempat (dan bentuk) benda kerja sebelum dan setelah diproses pada stasiun kerja, dengan memanfaatkan pengetahuan mengenai studi gerakan, ekonomi gerakan, antropometri, biomekanika, fisiologi kerja, dan sebagainya.
Dalam hal “good house keeping”, kita memanfaatkan pengetahuan-pengetahuan mengenai “metode warna”, 5S, antropometri, penginderaan, display dan sebagainya.
Dalam hal perancangan lingkungan kerja, kita memanfaatkan pengetahuan mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia dalam berhadapan dengan lingkungan kerja yang berupa temperatur, kebisingan, getaran, dan kemudian dengan memperhatikan kendala-kendala yang ada (dan urutan prioritasnya mengenai signifikan tidaknya suatu hasil perbaikan dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan), serta berupaya membuat lingkungan kerja seideal mungkin. Dengan pengkondisian ini diharapkan dapat memperbaiki kualitas kerja (yang akan berakibat pada kualitas dan konsistensi kualitas produk yang dihasilkan) serta meningkatkan kecepatan kerja, tanpa menambah beban bagi para pekerjanya (bahkan sebaliknya, dengan kondisi lingkungan kerja yang lebih baik ini, para pekerja akan merasa lebih nyaman).
Dalam hal desain produk, PSK&E dapat berperan dalam perancangan produk jadi/produk akhir serta produk antara (produk dalam proses). Pada perancangan produk jadi kita dapat memanfaatkan pengetahuan tentang antropometri agar dimensi produk yang kita buat sesuai dengan (dan dapat digunakan dengan enak oleh) para pemakai produk kita (~ segmen konsumen yang dituju); dan dalam hal produk akhir yang berupa alat-alat permesinan, selain mengacu pada masalah antropometri, perancangan dilakukan dengan memperhatikan pula masalah maintainability (kemampurawatan) dalam perancangan kita. Sedangkan dalam hal perancangan produk-antara, PSK&E dapat berperan dengan memanfaatkan prinsip-prinsip poka yoke, dengan upaya pengurangan dan penyederhanaan proses (baik proses forming maupun proses assembling), eliminasi bagian-bagian yang tajam (yang biasanya akan melambatkan kerja yang dilakukan oleh operator karena ia akan harus lebih berhati-hati agar tidak terluka), dan lain sebagainya.
Dari contoh-contoh dalam paparan di atas terlihat bahwa PSK&E dapat memberikan kontribusi yang penting dalam peningkatan produktivitas, pengurangan pemborosan-pemborosan dan penanggulangan masalah-masalah K3, yang pada dasarnya juga merupakan unsur-unsur penting dalam rangka meningkatkan produktivitas.

http://kusmani.wordpress.com/2010/05/10/perancangan-sistem-kerja-dan-ergonomi-dalam-pekerjaan-perbengkelan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar